Belum Menikah Diusia 30 Tahun, Panik atau Tampik?

Baca cerita pengalaman pribadi ketika belum menikah diusia 30 tahun dan temukan inspirasi serta pengertian dalam menghadapi perjalanan hidup yang unik ini. Bagikan pengalamanmu juga!

SUDUT PANDANG

Ratnasari

4/29/20243 min baca

Dalam budaya kita, seorang wanita yang terlambat menikah memang menjadi gunjingan yang tidak ada habisnya. Usia 30-an di daerahku disebut sebagai Usia Panik, menikah dengan siapa saja atau tidak sama sekali. Ibarat bunga, sebagian menganggap bahwa wanita usia 30-an yang masih melajang dianggap sudah tergolong hampir layu. Padahal menurut saya, usia 30-an adalah usia keemasan seorang wanita. Pikiran yang matang, karier yang stabil, perkembangan fisik yang sempurna, dan terlihat sangat cantik dan menarik. Entahlah, cara pandang setiap orang berbeda-beda tentunya.

Saya seorang wanita 31 tahun yang sebentar lagi menuju usia yang lebih matang yaitu 32 tahun. Saya bahagia dengan hidup saya. Saya mempunyai pekerjaan yang cukup baik yang mungkin saja banyak orang lain menginginkannya. Gaji saya cukup untuk memenuhi keinginan-keinginan saya seperti membeli pakaian yang saya sukai, menikmati makanan enak yang ingin saya makan, pun merawat diri saya sesekali di Spa dan klinik kecantikan. Saya bahagia, tetapi yang menjadi masalahnya adalah saya seorang wanita lajang dengan usia tak lagi muda dan membuat banyak orang cukup prihatin terhadap keadaan saya yang belum menikah.

"sebentar lagi kamu expayer!"

"sudahlah jangan terlalu pilih-pilih!"

"Berapa umurmu? kamu sudah tua!"

"Nanti kalo anakmu sudah SMA, kamu sudah pakai tongkat!" dan lain sebagainya yang menurut saya ungkapan tersebut kasar dan tidak sopan diucapkan secara langsung di hadapan banyak orang. Belum lagi jika yang mengucapkan kata tersebut kadang lebih muda dari saya, atau orang yang belum lama mengenal saya. Atas dasar apa mereka berhak men-judge seperti itu? Apakah kalian pernah merasakan hal yang sama?

Terkadang saya bingung dengan orang-orang yang seolah peduli kepada, tetapi dalam lisannya mengandung duri tajam yang menggores hati. Mengingat usia saya yang tidak muda lagi, saya merasa cukup mampu menentukan pilihan hidup saya dan cukup tahu menata hidup saya sendiri. Lantas mengapa orang-orang dengan mudahnya mengomentari hidup saya seolah mengetahui segalanya tentang saya dan seolah merekalah yang hidupnya paling sempurna.

Hal paling menyakitkan adalah jika kata-kata tersebut keluar dari lisan orang terdekat seperti teman dan keluarga. Berharap mereka lebih mengerti, tetapi mereka jugalah yang menjatuhkan perasaan kita. Pertanyaannya adalah apakah jalan hidup kita sama? apakah rencana masa depan kita sama? apakah jika saya belum menikah diusia 32 tahun menyulitkan hidup mereka? entahlah. Jika itu adalah bentuk kepedulian terhadap saya, rasanya bukan seperti itu cara menyampaikannya.

Untuk saat ini saya berada dalam kondisi yang baik dan sangat bersyukur atas segala nikmat dalam hidup saya. Dari sudut pandang saya, hal positif yang saya dapatkan dan saya rasakan selama melajang diusia 30-an adalah saya benar-benar menikmati masa muda saya, banyak belajar hal-hal baru dan seru, lebih banyak waktu dengan kedua orang tua saya, lebih lapang menerima keadaan, melatih kesabaran dari berbagai gunjingan dan nyinyiran, lebih dewasa dan matang menyikapi persoalan, banyak belajar menjaga lisan yang kiranya dapat menyakiti perasaan orang lain, dan hal-hal baik lainnya.

Bukan berarti jika menikah hal tersebut tidak bisa dilakukan, tetapi saya hanya menikmati waktu luang yang diberikan Tuhan lebih banyak dan lebih lama dari orang lain sebelum akhirnya mengurus suami dan anak suatu saat nanti (jika Tuhan menghendaki). Waktu lebih yang diberikan Tuhan kepada saya akan saya manfaatkan sebaik mungkin sampai saya selesai dengan diri saya sendiri dan sampai Tuhan menyatakan saya siap untuk mendapatkan rezeki "jodoh" dari-Nya. Wallahualam Bissawab (Hanya Allah yang mengetahui kebenaran yang sesungguhnya).

Menurut saya jodoh adalah adalah salah satu rezeki dari Tuhan yang jika saya belum diberi, berarti saya belum pantas mendapatkannya. Saya hanya selalu memantaskan diri dengan menjalani hidup saya lebih baik dari hari kemarin dan sampai saat ini insya Allah saya tidak pernah ragu dengan ketetapan Tuhan. Walaupun terkadang orang tua saya pun merasa sedih karena melihat keluarga-keluarga yang seumuran saya sudah berkeluarga dan memiliki anak. Namun, hal terkait jodoh adalah hal di luar kehendak saya.

Harapan saya adalah dikarunai jodoh yang baik oleh Tuhan, mendapat pasangan tulus dan saling menyayangi, saling melengkapi, dan sehidup semati. Saya mendoakan hal yang sama untuk teman-teman di luar sana yang memiliki kisah yang serupa dengan saya. Kita berharga! Jangan berkecil hati, kita layak mendapat yang terbaik. Karunia Tuhan teramat luas, percayalah Tuhan mendengar doa kita. Amin.

"Ada saatnya kita memperjuangkan dan diperjuangkan oleh seseorang. Bersabarlah dan fokuslah untuk memantaskan diri kita. Yakinlah Allah hadirkan dan tunjukkan penyempurna agama kita disaat yang tepat". Salah satu kutipan motivasi buat kita yang belum menikah diusia 30-an. Fighting!!!

woman sitting on blanket located on shoreline
woman sitting on blanket located on shoreline